Sebuah Perjumpaan
Ada yang istimewa
dari sebuah perjumpaan yaitu: terlepasnya sebuah kerinduan. Selepas pasca
berpisahnya aku dan kamu akhirnya semesta mengizinkan kita kembali bertemu.
Ada yang berbeda
dengan dirimu kali ini. Kamu baik-baik saja tanpaku. Kamu masih bisa tertawa
lepas setelah pisahnya hubungan kita. Secepat itu ya kamu melupa akan tentang
kita.
Ingin sekali aku
menyapa dirimu saat itu. Aku hanya ingin tahu bagaimana kabarmu dan juga
hatimu. Sesederhana itu tetapi aku tidak memiliki cukup keberanian untuk
menanyakannya padamu.
Kamu tahu tidak
apa yang ku rasa saat itu?
Aku bahagia
melihatmu.
Debaran jantungku
masih sama seperti dulu. Selalu saja berdebar cepat seperti pelari marathon
terhebat. Aku sendiri bahkan tidak bisa menghentikannya, padahal jantung itu
berada di dalam tubuhku. Aku gugup dan juga keringat dingin. Selalu saja
seperti itu kalau melihatmu. Aku jadi tidak bisa mengontrol diriku. Seakan
pusat dunia hanya tertuju ke arahmu. Aku benci itu.
Hatiku meronta
saat itu, ia ingin sekali menanyakanmu, hanya saja logikaku menolak mungkin
karena ia sudah terlalu iba pada hatiku yang selalu tersiksa hebat.
Aku ini pengecut.
Tidak berani menyapamu. Aku hanya bisa diam memperhatikanmu dari kejauhan.
Bagiku itu sudah lebih dari cukup. Dari kejauhan itu aku bisa menikmati dengan
lama sebuah tawamu dan juga senyummu. Kenapa sangat terlihat lucu dan
menggemaskan?
Aku juga bisa
menikmati kedua bola matamu yang hitam pekat itu. Matamu yang sipit aku selalu
menyukainya. Tatapanmu masih sama, teduh tetapi sangat
terlihat tajam.
Bodohnya,
lagi-lagi aku selalu jadi pengagum rahasiamu. Sepertinya aku tidak pernah bosan
menjadi diriku yang dulu. Aku hanya bisa berdiri di balik dinding dan menatapmu
dari celah kecil.
Dan ada satu hal
yang aku sadari dari perjumpaan kita.
Aku masih memiliki
rasa padamu dan belum bisa melupakanmu.
Bogor, 30 Mei 2018
-dari seseorang yang masih belum bisa
melupakanmu-
Comments
Post a Comment