Namamu Masih Ada.

Ada perasaan yang tak kunjung usai setelah empat tahun terlewati. Bergulat dengan waktu sekaligus hati adalah hal menyebalkan dari diri sendiri. Terkadang membenci adalah satu-satunya upaya untuk tidak peduli. Ternyata salah, bukan seperti itu caranya.

Semakin membenci justru adalah hal yang membebani hati. Entah hal apa yang harus dibenci, kenangannya atau dia yang pernah melengkapi relung isi hati. 

Mungkin memang benar, aku hanya membenci kenyataan yang tidak pernah mendukung harapan. 

Bertanya selalu pada hati, kemana rindu yang dulu pernah ditempati?

Ruangan itu akan menjadi saksi bahwa kamu pernah hadir membisikkan janji. Membangun mimpi-mimpi yang berujung menjadi lukisan sejati. Hanya ada gambar dan imajinasi.

Tuan, namamu masih ada. Kenangan kita masih sama. Yang berbeda hanya arah tujuan kita. 



Comments

Popular Posts