Tanpa Pasti
Aku ini egois. Memintamu
untuk bertahan dan tetap tinggal atas seluruh rasamu. Hanya karena aku takut
kehilanganmu.
Padahal kau tahu
dan aku pun tahu, aku telah mematikan seluruh jiwamu hingga menusuk ke dasar
tulang. Lalu membuat ragamu terkapar
seperti kapal layar yang tertabrak karang.
Aku tahu, bagimu
sangat sulit untuk melepas sebuah pedang yang sudah tertancap dalam. Kau pun
bertanya-tanya pada dirimu, mengapa aku memintamu untuk tetap bertahan. Kau pun
berpikir kalau aku sudah menendangmu jauh ke dasar jurang.
Sebenarnya, bukan
itu maksudku, sayang.
Aku hanya butuh
waktu meyakinkan sebuah perasaanku sendiri. Apakah rasa ini benar nyata atau
hanya sebatas ketabuan belaka?
Jika kau bertanya
apa aku tidak ingin di perjuangkan olehmu. Maka ku jawab pertanyaanmu di sini
lewat aksara sampahku ini.
Seorang perempuan sangat senang apabila di perjuangkan
oleh lelaki yang dia sayang. Dan jika kau bertanya, apakah aku menyayangimu
atau tidak. Jawabannya ada di paragraf pertama tentang aku yang takut
kehilangan.
Sayang, tidak
semua tanya butuh jawaban. Aku hanya tidak bisa menjelaskan dengan
kepastian-kepastian yang kau inginkan.
Jangan kau samakan
pertanyaanmu dalam soal ujian dengan sebuah perasaan. Perasaanku lebih rumit dari
yang kau kira. Semacam soal matematika yang butuh perhitungan menggunakan
rumus-rumus dan angka.
Aku tahu kau
kecewa dan terluka. Aku hanya bisa merapal sebuah doa, agar kau tetap baik-baik
saja.
Jika kau ingin
membenciku, maka bencilah aku. Jika kau ingin membuatku tersiksa dalam lubang
neraka, maka lakukanlah karena aku sudah siap menerima. Jika kau ingin pergi
maka pergilah. Karena seekor burung pun ingin terbang bebas, bukan?
Begitu pula
denganmu. Kau pun hanya sebatas manusia yang menginginkan sebuah kebebasan
bukan malah kujadikan tahanan dalam sebuah penjara kenestapaan.
Melepasmu bukan
berati aku merelakanmu, aku hanya ingin kau berbahagia dan menghilangkan segala
lara yang tersangkut dalam sukma. Kemudian berkelana bersama semesta lalu tertawa
di bawah cakrawala tanpa kepalsuan belaka.
Sayang, aku dan
kau hanya sedang tertunda. Karena Tuhan lebih tahu mana yang lebih baik dari
kita berdua. Ikutilah saja kisahnya, siapa tahu kau dan aku bisa berbahagia
sampai menua.
Comments
Post a Comment