Menolak Lupa
Jangan salahkan
aku apabila segala tentangnya tidak bisa ku lupakan. Segala kenangan yang
terurai belum sempat ku rapikan dalam rak-rak kayu yang berisi kenangan. Semua butuh
proses tidak semudah membalikan telapak tangan.
Aku disini sedang
berusaha membiasakan kesendirian, jadi jangan coba membuat situasi menjadi
kepanasan kalau kau datang hanya ingin memaki ku tentang kenangan yang tidak
bisa ku lupakan.
Bukan. Bukan aku
yang tidak ingin melupakan, tetapi hatiku yang masih ingin menetap. Ia bersikukuh
untuk tidak menghapus namanya dalam relung kecil hatiku. Sepertinya namanya
sudah tertancap dalam sehingga sulit sekali untuk di lepaskan.
Kau tahu? Aku
sering kali memaki habis diriku hanya perihal sebuah perasaan. Masa lalu
sepertinya telah memenjarakan agar aku tidak bisa berlarian.
Aku hanya ingin
mereka paham, mengapa aku tidak mencoba melupakan. Bukan karena ketakutan,
tetapi lebih baik aku mencoba mengikhlaskan. Mengikhlaskan lebih baik daripada
melupakan bukan?
Jadi ku mohon,
tolong diam dan jangan memaksakan. Biarkan semuanya ku tanggung sendirian. Tidak
usah khawatir, aku baik-baik saja dengan semua kesengsaraan.
Biarkan diri ini
merasakan lara dan hati yang berdarah-darah. Meskipun perjalanan yang ku tuju tak tentu arah. Biarkan diri ini lelah daripada harus terseok-terseok dalam keterpaksaan yang tak bersinggah.
Nanti akan ku
beritahu kalau aku sudah bebas dalam dimensi masa lalu.
Comments
Post a Comment